Senin, 13 Januari 2014
POTENSI DAN PERAN KREDIT DI PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PERSPEKTIF RURAL PEMBANGUNAN EKONOMI
Izzati Amperaningrum, Mohammad Abdul Mukhyi
izzati@staff.gunadarma.ac.id; mukhyi@staff.gunadarma.ac.id
Facultiy Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta
ABSTRAK
Sebuah studi empiris tentang Credit Union di daerah pertanian yang bertujuan untuk mengetahui kinerja Credit Union dalam perspektif pembangunan ekonomi pedesaan telah dilakukan di Kalimantan pada pertengahan 2010 melalui pendekatan partisipatif untuk memahami penggunaan pedesaan Credit Union.Dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dengan Credit Union dan diperoleh keterangan sebagai berikut :
(1) Adanya serikat kredit diakui oleh masyarakat memiliki peran strategis sebagai kegiatan intermediasi ekonomi pedesaan
(2) Layanan faktual yang diberikan oleh Credit Union telah menunjukkan keberhasilan
(3) Faktor penting dalam pengembangan serikat kredit untuk pertanian terletak pada legalitas kelembagaan,kemampuan manajemen dan manajemen,kelayakan ekonomi pertanian dan klien bantuan teknis atau layanan pengguna Credit Union
(4) Untuk memulai pertumbuhan dan credit union pengembangan untuk pembangunan pertanian diperlukan untuk meningkatkan kemampuan bagi para manajer SDM dan calon manajer Credit Union , mendukung penguatan modal dan bantuan teknis kepada pelanggan pengguna kredit .
Pendahuluan
Pembangunan ekonomi pedesaan sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional, keberhasilannya disumbangkan oleh banyak kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Kegiatan dalam perekonomian pedesaan masih didominasi oleh usaha - usaha mikro dan skala kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang dan sarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian dan industri rumah tangga. Para pelaku bisnis ini pedesaan pada umumnya masih dihadapkan dengan masalah klasik terbatasnya ketersediaan modal. Sebagai elemen penting dalam mendukung peningkatan standar produksi , produktivitas dan kehidupan masyarakat pedesaan , keterbatasan modal dapat membatasi pergerakan aktivitas sektor ekonomi pedesaan kemiskinan tidak dibatasi oleh aspek-aspek faktual spasial dan sktoral , namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar orang miskin berada di daerah pedesaan . Pemiliknya untuk mengatasi kelangkaan modal , pelaku ekonomi pedesaan biasanya mencari tambahan modal dari berbagai sumber , baik dari lembaga keuangan formal dan lembaga keuangan non - formal. Pelaku ekonomi yang lemah di ibukota pedesaan telah diakui oleh pemerintah untuk mendorong pemerintah untuk meluncurkan beberapa program kredit ditargetkan untuk petani dan pengusaha mikro dan kecil sejak Repelita I. Pemerintah telah menerapkan berbagai program pinjaman , tapi prestasi masih belum melihat hasil seperti yang diharapkan . Ada indikasi bahwa kinerja kredit dari program ini adalah tidak memuaskan terutama di lembaga-lembaga keuangan sebagai pelaksana , yang dapat dilihat dari aspek :
(1) Rendahnya tingkat pengembalian pinjaman (2) petugas moralitas rendah eksekutif dan
(3) Tingkat rendah mobilisasi dana masyarakat .
Kelemahan bukanlah konsekuensi melanjutkan lembaga keuangan yang terbentuk setelah program selesai , hasilnya umumnya akan kembali program peserta kurangnya modal ventura .
Salah satu lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan dan didorong untuk membiayai kegiatan perekonomian di daerah pedesaan yang sebagian besar orang-orang bisnis yang termasuk dalam segmen mikro Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ) . Salah satu bentuk LKM yang ada adalah Credit Union untuk waktu yang lama di Kalimantan . Isu-isu yang lebih spesifik adalah :
(1) Sejauh mana kehadiran serikat kredit di masyarakat pedesaan mampu menjalankan peran Kalimantan dalam memfasilitasi pembiayaan usaha (2) Faktor - faktor yang mempengaruhi keberlanjutan serikat kredit dan (3) Bagaimana strategi pengembangan credit union ke depan .
Banyak pihak percaya bahwa Credit Union yang merupakan salah satu bentuk LKM sebagai alat pembangunan yang efektif untuk mengentaskan kemiskinan karena layanan keuangan memungkinkan rumah tangga berpendapatan rendah dan kecil untuk memanfaatkan peluang ekonomi , membangun aset dan mengurangi kerentanan terhadap guncangan eksternal . Sehingga Credit Union menjadi alat penting untuk mencapai pembangunan dalam tiga hal sekaligus , yaitu : menciptakan lapangan kerja , meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan.
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran Pertumbuhan dan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ) di Indonesia , banyak terinspirasi oleh Muhammad Yunus dalam pengembangan LKM di Bangladesh yang terkenal Grameen Bank ( GB ) . Banyak orang melihat model Grameen Bank sebagai model pendekatan yang sukses dalam mengentaskan kemiskinan .Bagi Indonesia , keuangan mikro bukanlah hal baru . Dikelola oleh Lembaga Keuangan Mikro sudah berkembang sejak lama dan telah menjadi subjek ahli dan praktisi ekonomi sosial .Program pinjaman kredit mikro adalah sejumlah kecil kepada orang miskin untuk membiayai kegiatan produktif yang ia lakukan sendiri untuk menghasilkan pendapatan , yang memungkinkan mereka untuk merawat diri dan keluarga mereka . Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya disebut Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ) . LKM sebagai lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan , kredit, transaksi pembayaran dan layanan transfer uang ditujukan untuk pengusaha miskin dan kecil . Adapun definisi keuangan mikro : Pertama , ia menyediakan berbagai jenis jasa keuangan . Keduanya melayani hidup orang miskin , keuangan mikro dan berkembang pada mulanya adalah untuk melayani orang-orang yang terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada sehingga memiliki karakteristik konstituen yang khas . Ketiga , menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel. Bentuk umum LKM dibagi menjadi tiga yaitu: (1) lembaga formal seperti bank desa dan koperasi (2) lembaga semi- formal seperti lembaga swadaya masyarakat , dan ( 3 ) sumber - sumber informal seperti rentenir.
Metode Penelitian
Penelitian ini dikembangkan dari hasil parsial dari penilaian Credit Union di Kalimantan . Jenis data yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder . Data primer dikumpulkan dari manajemen credit union lebih difokuskan pada organisasi dan manajemen , skema kredit , faktor - faktor pendukung kendala dan peluang untuk pengembangan Credit Union . Sedangkan data pelanggan yang dikumpulkan meliputi karakteristik ekonomi rumah tangga dan masalah pembiayaan usaha . Data sekunder dikumpulkan melalui berbagai dokumen laporan kegiatan pencarian informasi atau program dan kebijakan pengembangan Credit Union , geografi , sosial ekonomi , dan review skema kredit pada Credit Union .
Data rinci yang diperlukan :
1 . Profil berbagai Credit Union di Kalimantan , mulai dari jumlah ( unit ) , posisi kredit ( jumlah pelanggan dan jumlah uang ) dan menyimpan posisi ( jumlah pelanggan dan jumlah uang )
2 . Peran potensial dan serikat kredit di Kalimantan , besarnya lembaga , jumlah penyerapan tenaga kerja , kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya lokal , besarnya kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto ( PDB )
3 . Infrastruktur dan kondisi kelembagaan Kalimantan Credit Union yang mencakup aspek regulasi , regulator , likuiditas jaminan pengembangan , penilaian dan asosiasi .
Menganalisis data sebagian besar dilakukan secara deskriptif kualitatif , dipertajam oleh Struktur analisis Kinerja Perilaku ( SCP ) . Untuk mengungkap peran potensial dari Credit Union dan Kalimantan dalam pendekatan pembangunan ekonomi pedesaan adalah aspek kekuatan ( memperkuat ) , kelemahan ( Weaknesses) , peluang ( opportunity) dan ancaman ( ancaman ) atau dikenal sebagai analisis SWOT .
Hasil dan Pembahasan
1 . Keberadaan Credit Union
Hasil identifikasi di lapangan ada beberapa temuan bahwa ada tiga kategori Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ) tumbuh , LKM perbankan , koperasi dan LKM LKM non - Bank tidak kooperatif. Masing - masing LKM menerapkan skema pinjaman yang berbeda . Bank LKM pola operasional mengikuti pendekatan perbankan konvensional , lembaga keuangan mikro koperasi menerapkan pola simpan pinjam sedangkan LKM bukan Bank Koperasi pola yang tidak operasional bervariasi .Salah satu bentuk non - Bank LKM tidak tercermin dalam Koperasi Credit Union . Manajemen keuangan oleh Uni Credit pada dasarnya merupakan bentuk manajemen keuangan dengan sistem bergulir . Modal yang digunakan berasal dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat
2 . Manajemen Credit Union of Faktor Kritis
Keuntungan dari usaha mikro yang telah diuji sampai saat ini adalah perlawanan terhadap guncangan krisis ekonomi , selain pengusaha mikro biasanya debitur yang patuh membayar kewajiban kredit mereka . Dalam manajemen dihadapkan pada faktor kritis yang berhubungan dengan kelembagaan dan pengguna ( anggota ) .
Dari sisi kelembagaan , masalah yang terkait dengan aspek keberlanjutan (sustainability ) . Keberlanjutan Credit Union dipengaruhi antara lain oleh : ( 1 ) kemampuan sumber daya manusia ( SDM ) administrator dan manajer ( 2 ) Credit Union dukungan dari faktor eksternal yang meliputi membayar hukum bagi upaya pengembangan credit union
3 . Perspektif Credit Union Dalam Sektor Pertanian
Belajar dari keberhasilan pengelolaan Credit Union secara umum untuk diterapkan dalam membangun serikat kredit adalah sektor pertanian pada dasarnya hanya dapat dilakukan dengan mengaokomodasi beberapa pola yang telah dikembangkan untuk membuat penyesuaian yang berkaitan dengan pertanian seperti karakteristik sebagai berikut :
1 . pendekatan kelompok
2 . ekspansi kredit target pengguna
3 . pemilihan calon pengguna kredit
4 . volume batas kredit
5 . tingkat bunga pinjaman
6 . pembayaran hipotek
7 . mentoring dan monitoring
8 . latihan
4 . Credit Union Strategis Langkah Inisiasi
Strategi utama untuk memulai pembentukan dan pengembangan Credit Union untuk sektor pertanian di samping harus tetap didasarkan pada prinsip - prinsip operasional kelembagaan sehingga harus dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1 . Mengatur kelompok pertama calon sasaran , antara lain , terkait dengan keberadaannya sebagai kelompok setidaknya dalam dua tahun terakhir
2 . Kelompok terpilih yang memenuhi kriteria , dipilih oleh co-location .
3 . Dari seleksi ini menghasilkan kelompok sasaran yang layak bergerak di bidang jasa keuangan
4 . Memulai penguatan pencairan dana dan pemanfaatan kelompok modal ventura
5 . Memberikan bimbingan dan asistenasi terhadap kegiatan kelompok
6 . Mendorong kegiatan kegiatan kelompok terhadap pengelolaan Credit Union (sustainable )
7 . Melakukan pelatihan untuk semua administrator , manajer atau anggota pengguna dengan materi pelatihan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan Credit Union , tetapi juga pelatihan pengembangan bisnis dukungan di sektor pertanian
Referensi
Ashari . 2008. Potensi Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ) dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan dan Kebijakan Pembangunan .Analisis Kebijakan Pertanian Volume 4 No 2 : 146-164 .
Budiantoro , S. 2003. Lembaga Keuangan Mikro Bill : Jangan Jauhkan Dari Lembaga Keuangan Masyarakat . Jurnal Ekonomi Rakyat . Artikel Th . Nomor II . 8 .
Hendayana , Rachmat dan Bustaman , Sjahrul . 2007. Fenomena Lembaga Keuangan Mikro dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan Perspektif . Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian . Bogor.
a. Apa alasan penulis buku memilih tema dan judul buku itu?
Tema tentang Credit Union di daerah pertanian yang bertujuan untuk mengetahui kinerja Credit Union dalam perspektif pembangunan ekonomi pedesaan telah dilakukan di Kalimantan pada pertengahan 2010 melalui pendekatan partisipatif untuk memahami penggunaan pedesaan Credit Union.
b.Dari sudut pandang apa penulis buku menulis buku?
Dari sudut pandangan tentang Pembangunan ekonomi pedesaan sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional, keberhasilannya disumbangkan oleh banyak kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Kegiatan dalam perekonomian pedesaan masih didominasi oleh usaha - usaha mikro dan skala kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang dan sarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian dan industri rumah tangga
c. Apa acuan yang dipakai dalam menulis buku?
Pemerintah mampu mengatasi dan menerapkan berbagai program pinjaman. Ada indikasi bahwa kinerja kredit dari program ini adalah tidak memuaskan terutama di lembaga-lembaga keuangan sebagai pelaksana , yang dapat dilihat dari aspek : (1) Rendahnya tingkat pengembalian pinjaman (2) petugas moralitas rendah eksekutif dan (3) Tingkat rendah mobilisasi dana masyarakat .
d. Siapa pembaca sasaran?
Para pelaku bisnis ini pedesaan pada umumnya masih dihadapkan dengan masalah klasik terbatasnya ketersediaan modal. Sebagai elemen penting dalam mendukung peningkatan standar produksi , produktivitas dan kehidupan masyarakat pedesaan , keterbatasan modal dapat membatasi pergerakan aktivitas sektor ekonomi pedesaan kemiskinan tidak dibatasi oleh aspek-aspek faktual spasial dan sktoral , namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar orang miskin berada di daerah pedesaan .
e. Dalam bidang apa isi buku itu?
Pembangunan ekonomi pedesaan
f. Apa isi pokok buku?
1.Credit Union mengakui keberadaan masyarakat memiliki peran strategis sebagai kegiatan ekonomi masyarakat perantara
2.Layanan faktual Credit Union telah menunjukkan keberhasilan, tetapi keberhasilan masih bias dalam usaha ekonomi di luar sektor pertanian , skema kredit untuk serikat kredit pertanian belum diberikan prioritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar